Senin, 28 Maret 2011

Kontras Pembangunan Gedung DPR dengan Realitas Masyarakat Miskin di Indonesia

0 komentar

Rencana dewan perwakilan rakyat untuk membangun sebuah gedung yang mewah sangatlah berdanding terbalik dengan kinerja mereka. Pembangunan gedung baru banyak orang yang menilai itu hanya menghambur-hamburkan uang Negara. Para anggota DPR berdalih pembangunan gedung baru itu untuk meningkatkan kinerja mereka. Menurut akal sehat seorang yang berprestasi itu boleh di kasih hadiah, akan tetapi jika seseorang tidak berprestasi bagaimana akan diberi hadiah. Sekalipun diberi hadiah alasannya apa? 
Pembangunan gedung DPR yang baru sangat kontras dengan realitas kehidupan masyarakat Indonesia sendiri. Tentu akan lebih baik jika dana yang digunakan untuk membangun gedung mewah tersebut digunakan untuk kesejahtraan rakyatnya. Tidak munafik banyak masyarakat yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Pemerentah dan para wakil rakyat tidak hanya menilai masyarakatnya lewat tulisan atau laporan saja, akan tetapi lihatlah secara langsung ke tempat-tempat kumuh yang banyak terdapat di ibukota. Banyak hal yang bisa dilakukan wakil rakyat dan para pejabat pemerintah tidak hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi cobalah anak-anak yang miskin yang berprestasi itu dikasih kesempatan untuk mencicipi nikmatnya bangku sekolah maupun bangku kuliah. Banyak mansyarakat miskin yang pandai, akan tetapi karna terbentur masalah dana ia hanya menjadi pekerja kasar, ngamen, dan lain-lain. 
Masyarakat miskin kian hari kian menjamur. Hal itu bisa dilihat dalam realita yang ada. Banyak masyarakat Indonesia miskin, tidak hanya miskin dari segi financial akan tetapi miskin dalam hal soail dan tengang rasa. Kebanyakan masyarakat kota lebih mementingkan kehidupan pribadi dari pada para saudara-saudaranya yang hidup dibawah kolong jembatan. 
Apakah mungkin para wakil rakyat ini merasakan apa yang di rasakan oleh rakyatnya. Ada sebagian dari para wakil rakyat yang datang saat rapat tentang rakyat hanya mainan handphon dengan membuka twiter ataupun facebook. Lalu bagaimana ia akan mewakili rakyatnya jika saat rapat hanya membuka jejaring sosial. 
Pembaungunan gedung baru haruslah sesuai dengan apa yang ia capai. Dapat kita lihat pembahasan rancangan undang-undang keistimewaan Yogyakarta sampai saat ini hanya jalan ditempat, dan masih banyak lagi rancangan undang-undang yang lain yang masih terbengkalai. Apa jadinya Indonesia tercinta ini jika para wakil rakyatnya hanya memperkaya diri sedangkan masyarakat yang memilihnya hidupnya tidak tercukupi, tentunya sangatlah tragis.
Cobalah pawa wakil rakyat ini mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan dan apa yang telah disediakan oleh Negara, memang benar jika di fikir manusia itu tidak ada cukupnya jika dituruti semua keinginannya, begitu pula para wakil rakyat disenayan. 
Jika memang ingin membangun gedung baru yang megah selesaikan terlebih dahulu century dan mafia pajak yang ada. Jika hal itu telah terselesaikan tentunya pembangunan gedung baru itu tidak akan menuai banyak protes dari masyarakat. Masyarakat akan memberikan apresiasi kepada wakilnya jika dapat menyelesaikan kasus-kasus yang merugikan Negara triliunnan tersebut.


Leave a Reply